![]() |
Tya, Paph, Ica, Ibu, Mba Ayu |
Satu harta terindah yang pernah ku miliki adalah “keluarga” yang mungkin dulu pun tak ku sadari. Ya, satu kata berjuta makna.. Kami mungkin bukanlah keluarga berada, mungkin juga bukan yang terbaik yang pernah ada. Tapi kami bangga karna merasa saling memiliki. Kebersamaan, tawa, canda, suka-duka bahkan mungkin pertikaian itu menjadi torehan kuas yang melukiskan sketsa terindah yang nyata dalam kehidupan kami. Kami sadar, “keluarga” ibarat candu, yang membuat kami sangat ketergantungan…
Saat ku kecil, aku kesal dengan Ayah ku karna ia menjadikan ku bagai boneka, ku harus mengikuti semua ambisinya, menginginkan anak yang perfect dan selalu unggul. Ia mengajariku banyak hal yang sebenarnya tak ku suka kala itu.. dan saat usiaku bertambah, aku sadar aku salah! Ayah ku lah yang telah membuat ku seperti sekarang ini, tlah menorehkan prestasi-prestasi yang mengantar ku menuju cita-cita ku. Tentu saja itu semua berkat kegigihannya yang tak pernah jera menuntun ku yang sering memberontak. Aku juga sebal dengan Ibu ku karna aku selalu saja salah baginya. Entah apa yang membuatnya begitu, bahkan Ibu ku tampak lebih mencintai kakak ku..hingga sering rasanya aku ingin lari dari rumah itu..suatu hari juga ku pernah membuat Ibu ku menangis..sejak detik itu aku menyadari betapa dosanya aku, aku juga semakin sadar betapa besar cinta dan pengorbanannya bagi ku sejak masih berada di partusnya hingga ku lahir dan dewasa. Tiap tutur kata, pesan dan doanya bagai oase di relung ku..Aku berjanji akan menjaga lahir dan batin Ibu..dan aku kan berusaha membuat ia tak pernah menyesal melahirkan ku.. Juga kakak ku, yang menyebalkan saat dulu..entah apa salah ku, ia seakan tak menyukai ku..bertengkar setiap hari, aku menangis pun tak berguna..aku sangat iri padanya dengan segala kelebihan dan kasih sayang yang keluarga ku berikan padanya..Hingga akhirnya otakku berpikir keras, ternyata lagi lagi aku salah berprasangka! Bahkan semakin ku sadar, dia lah yang paling mengerti ku…Aku mulai merasakan kehilangan yang sangat, saat waktu menuntutnya tuk mulai meninggalkan rumah. Aku rindu dengan waktu-waktu itu, tawa, canda,nasehatnya dan pertengkaran kecil itu…Mungkin ia tak pernah sadar, selama ini aku ingin sekali sepertinya…dialah yang menjadi teladan ku.. Dan juga adik ku, yang kadang menjengkelkan…aku sangat sadar kesalahan ku, sering melampiaskan kekesalan ku padanya, kasar, bahkan membuatnya menangis..Tapi sunnguh aku menyayanginya, aku ingin menjadi yang terbaik dan menjadi teladan baginya..
Maaf kan aku…
Andai dapat ku ucap (langsung) semua rasa ku ini,,begitu bersyukur aku tertakdir menjadi bagian dari kalian..Semua yang ku lakukan hanyalah ingin membanggakan kalian, tak pernah ingin ku buat kecewa..
Ku sebut nama mu (Ibu, Paph, mba’ayu, ica) dalam setiap doa ku... *rcd