Archive for Juli 2013

kesederhanaan yang mengagumkan, "IBU"


.





IBU
Bibir ku selalu mudah tiap mengucap kata IBU..
Hati ini selalu tergetar hebat tiap mendengar kata IBU..
Dan otak ini selalu terjangkau dekat tiap mengingat mu IBU..
Ejaan terindah yang mungkin pertama kali ku bisa adalah I-B-U

Ibu, bagi ku kau segalanya di dunia ini..menurut ku itu tak berlebihan, karna kau PANTAS untuk itu, Bu..
Ibu, Ibu dan Ibu…bahkan Rasul pun menyebut nama mu hingga 3x, baru setelah itu Ayah. Bagiku itu bukti nyata bahwa kau lah “wanita mulia” bagi setiap anak di dunia ini.

Ibu, hingga dewasa kini, aku telah bertemu dengan banyak wanita hebat…aku kagum dengan mereka Bu, tapi rasa kagum ku pada mu melebihi semua itu…
Aku justru kagum dengan kesederhanaan mu,
Menurut ku Ibu sangat unik, Ibu kerap sekali membuat kami khawatir karna Ibu tak pernah mau memegang Hp bahkan saat Ibu bepergian jauh sekalipun.
Taukah Bu, betapa khawatirnya kami?
Aku masih sangat ingat, waktu itu Ibu sedang perjalanan malam dari Bandung-Brebes sendirian. Ibu menolak permintaan mba Ayu agar Ibu naik travel yang lebih nyaman, tapi Ibu justru lebih memilih naik bus ekonomi malam yang (semua orang tau) itu penuh resiko. Kami sangat khawatir Bu…bagaimana caranya kami bisa tau keadaan mu? Semalaman aku (di Semarang) dan mba Ayu (di Bandung) tak bisa tidur karna menunggu kabar mu sudah pulang dengan selamat, dan semalaman pula Paph menunggu (tanpa tidur) dijalan untuk menjemput mu..
Apa kau juga tau kah Bu?
Pernah beberapa kali aku dan Icha menangis dirumah saat hujan besar dan angin kencang sedang engkau berada di luar sana (desa lain) berkeliling jualan baju Bu? Kami ingat kau tak membawa payung..dan kami ingat, kau sedang kurang sehat saat itu..kami sangat khawatir hingga menangis dan terus berdoa agar kau segera pulang bersama kami…itu semua Ibu lakukan demi kami, anak mu..
Saat kami semua terlelap tidur, tengah malam kau pasti ke kamar ku dan Icha untuk mengoleskan lotion ke kami, mengusir nyamuk di kamar dan menyelimuti kami dengan lembut agar kami tetap bisa tidur nyenyak. Sebenarnya saat itu aku tau Bu, dan aku sangat merasakannya dengan jelas…tapi aku hanya bisa terenyuh dalam hati betapa besar tanda cinta mu meski kau tak pernah mengatakannya secara langsung.
Sering juga di setiap 1/3 malam terakhir, aku mendengar rintihan tangisan…dan ternyata itu adalah kau Ibu, kau selalu bermunajat untuk kami, ku dengar kau menyebut kami dalam setiap sujud do’a mu…Subhanallah..
Dan saat kumandang adzan Subuh tiba, kau selalu mengajak ku untuk datang ke masjid untuk sholat berjamaah.
Di pagi hari, saat para tetangga bersantai dan saling bergosip, sesekali mereka bertanya pada ku “mana Ibu mu? Kenapa belum keluar main?” tapi aku hanya tersenyum, karna saat itu tentu saja Ibu tengah sibuk dengan rutinitas Dhuha mu dan melantunkan ayat-ayat suci Nya. Kadang Ibu mengeluh mata Ibu terasa sakit saat membaca Al-Qur’an terlalu lama karna Ibu belum bisa membeli kacamata, tapi itupun tak menghalangi Ibu untuk terus membaca firman Nya. Aku selalu terenyuh saat melihat Ibu tertidur di mushola rumah dengan masih mengenakan mukenah dan tasbih yang selalu ditangan kanannya. Bagai melihat sesosok malaikat yang lembut... Aku tau pasti Ibu sangat lelah, hanya tidur malam sebentar dan menghabiskan waktu luang untuk sholat sunnah, dzikir, dan mengaji hingga ber juz-juz dalam sehari. Ibu juga selalu menjalankan puasa sunnah, bahkan ketika sakit sekalipun. Kami kerap khawatir karna Ibu tak pernah memperdulikan kesehatan dan diri Ibu, tapi aku ingat Ibu selalu bilang “Jika kita dekat dengan ALLAH, asal ALLAH ridho, orang tua ridho, pasti hidup itu akan mudah dan selalu ditolong ALLAH”
Ibu, betapa bangga dan kagumnya aku terlahir dari rahim mu…
Saat SMA, aku pernah bernadzar jika aku bisa meraih peringkat 1 paralel di sekolah, aku ingin Ibu lah yang datang dan maju bersama ku saat upacara bendera. Dan Alkhamdulillah atas izin ALLAH dan ridho Ibu, aku meraihnya. Aku sangat senang saat memberikan surat undangan untuk orang tua ke sekolah untuk maju pada saat  upacara. Tapi saat itu kata awal yang Ibu ucapkan “Apa kamu tidak malu kalau Ibu yang datang?” Astaghfirullahal’adzim…tak pernah terlintas sedikitpun aku merasa malu menjadi anak mu, Bu..!! Justru aku bangga, karna sejatinya hadiah dan penghargaan itu layak untuk mu, semua itu karna Ibu yang selalu membangunkan ku untuk Qiyamul lail dan belajar di 1/3 malam terakhir, Ibu juga yang selalu memberi ku doa-doa untuk aku baca setiap aku ikut lomba dan sebelum ujian, dan aku yakin ada do’a Ibu di setiap langkah ku…
Semua penghargaan dan prestasi yang pernah ku raih, sanjungan yang aku terima, pantaslah itu semua dipersembahkan untuk mu, Bu..
Saat teman-teman suka menceritakan kehebatan Ibu mereka dalam karir dan sederet jenjang pendidikannya, aku lebih bangga menceritakan tentang Ibu dengan segala “kesederhanaan yang mengagumkan” itu…
Karna menurut ku, kehebatan Ibu tak hanya kehebatan di dunia dan di mata manusia saja, tapi Ibu mulia di mata ILLAHI RABB…
Masih sangat ku ingat jelas,
Saat Ibu dan Paph di Baitullah untuk menyempurnakan rukun Islam, saat itu aku sakit. Ibu dan Paph pun seakan menahan tangis setiap menelpon ku disana. Lalu saat pulang dan bertemu kembali, Ibu mengaku bahwa selama di Baitullah Ibu selalu menangis saat teringat tentang ku….terima kasih Ibu….
Ibu yang selalu mengajakku mengenal Mu lebih dekat, mengajari ku untuk zuhud, untuk hidup prihatin dan selalu ingat berbagi dengan “mereka yang dibawah”..
Saat aku mulai kuliah dan kedewasaan menuntut ku untuk tak selalu di dekat mu, aku tersadar betapa "ketergantungannya aku dengan Ibu"...
Suatu hari, aku sangat tersentak saat ada keluarga besar ku yang berkata diantara ketiga anak Ibu, Ibu selalu memuji-muji dan menceritakan tentang aku ke semua orang, subhanallah…aku tak pernah tau itu Bu…
Cinta mu ternyata begitu dalam, begitu rapat, namun aku selalu bisa merasakannya…
Bukti kebaikan Ibu bisa dengan mudah aku temui dimana-mana Bu…semua orang mengenal mu dengan baik, aku sering sekali mendengar orang menyanjung kebaikan perangai Ibu, banyak orang kaya disekitar kita, tapi sering beberapa orang tak mampu memilih datang ke rumah mencari mu untuk meminta pertolongan karena mereka tau Ibu akan sangat berusaha menolong walau kita sedang susah juga, Ibu juga pernah bercerita saat beliau sedang keliling bekerja dan hujan lebat, ternyata banyak orang yang berebut meminta Ibu untuk singgah dirumahnya dan memberikan payung, itu semua bayaran atas ketulusan Ibu pada mereka…
Harusnya kami memang tak perlu khawatir, karna kami yakin ALLAH SWT pasti menjaga orang baik seperti mu, Bu. Dan kami percaya, ALLAH SWT pasti juga mengirim orang-orang baik Nya untuk menolong mu dimana pun itu.
Tapi, tetap saja kami khawatir, karna ini salah satu cara kami mencinta mu, Ibu.
IBU, AKU MENCINTAI MU KARENA ALLAH SWT…
Akan ku turuti semua harap mu, semampu ku untuk mu Ibu..
Akan aku rawat selalu lahir dan batin Ibu..
Aku harap keberkahan dan ridho dari mu selalu, wahai Ibu..
Aku ingin Ibu selalu sehat dan ada di samping ku, hingga aku dewasa aku ingin Ibu menyaksikan saat aku harus menomorduakan bakti ku pada mu, saat aku menjadi sosok seperti kau, dan aku ingin kau juga yang menutup mata dan menuntun syahadat ku di akhir nanti

Terimakasih ALLAH, Engkau telah mengutus sosok nyata wanita mulia nan sholekhah di dekat ku, yang selalu membimbing ku menggapai ridho Mu..
IBU, IBU, IBU
Dunia ku bisa berarti karena mu Ibu, dan aku ingin akhirat ku juga bersama mu di jannah Nya…aamiin

(Tau kah Bu? Saat menulis ini, berapa tetes air mata ini mengalir? Jutaan katapun aku yakin tak bisa melukiskan indahnya perangai dan cinta Ibu… Meski kau tak membaca ini, tapi aku ingin dunia tau besar cinta ku pada Ibu, Ibu dan Ibu)

Putri yang selalu mengagumi mu, Ibu
 *RCD*

a lil one called "bestie" :)


.



Tiba-tiba ku buka sebuah file di PC ku, sebuah file yang ku kumpulkan selama 5 tahun masa kuliah ku, sebuah file yang tak hanya tersimpan ratusan gambar tapi juga tersimpan ribuan kenangan yang terwakili. Aku pun tersenyum, “ah ternyata wajah-wajah ini banyak berubah” pikir ku. Ada banyak pasang wajah disana. Then, I realize what an awesome life I have and how lucky I am of having all of them in my life. Aku pun tersadarkan oleh sebuah pertanyaan “Siapa orang yang paling sering ada di setiap moment ku?”, atau “Siapa orang yang membuat ku mampu berubah lebih baik seperti sekarang ini?”, dll…
Lagi, dan lagi aku pun tersenyum saat terpikirkan satu kata “SAHABAT”. Ya, sahabat lah yang menjadikan ku seperti sekarang ini. Dengan dia, aku adalah aku dengan apa adanya aku. Aku tak malu menangis di depannya, aku tak segan mengeluhkan banyak hal, aku bahkan tak jarang menampakkan sisi lemah ku. Saat momen bahagia ku, mungkin akan banyak orang disekeliling ku, tapi saat aku ‘terjatuh dan tertatih’, siapa yang mengulurkan tangannya untuk ku? Siapa yang siap sedia meluangkan waktunya untuk ku, untuk sekedar mendengar keluh-kesah ku? Tentu saja, dia, sahabat ku.
masa-masa kuliah
Ah, ada rasa rindu terselip saat memandangi tiap pasang wajah itu. Ya, aku rindu pada sahabat ku yang satu itu. Sahabat yang ku kenal 5 tahun yang lalu, di kota yang masih amat asing bagi ku. Sahabat yang ada dibalik pencapaian ku ini. Sahabat yang bersama ku mengukir mimpi. Sahabat yang saat aku punya masalah, dialah orang pertama yang terlintas dipikiran ku untuk berbagi. Dia, sahabat ku, Rizka.
Entah ini suatu kebetulan atau tidak, daftar absensi ku dan Rizka berurutan, yaa ini tentu saja soal abjad. Tapi aku percaya, bukan suatu kebetulan kalaulah kemudian Allah dekatkan kami. Terlalu banyak paragraph kalau aku tuliskan semua cerita dan kenangan ku dengan Rizka. Dan pasti begitu banyak alasan juga kenapa aku nyaman dengannya hingga ku temukan makna persahabatan itu.
Rizka…
Aku kagum pada perangainya, ia sebenarnya punya banyak hal ‘lebih’, tapi dia memilih sederhana.
Aku kagum pada cara pikirnya, aku sering sekali dibuatnya tersadar dengan kata-kata bijaknya yang menyejukkan.


Aku kagum pada semangatnya, pada kesetiaannya, dan segala yang ada padanya.
Dia jarang sekali mengeluh, meski aku sangat bersedia mendengarkan tiap deret keluh-kesahnya…tapi dia selalu tampak tegar, meski aku tau tak selamanya ia ‘kuat’,…
Yaaa, dia sahabat ku ^_^
having holiday fun in Trans Studio Bandung :D
Friend are friend forever!
Sahabat adalah orang yang menghampiri kehidupan kita ketika seluruh dunia menjauh. Karena persahabatan itu seperti tangan dan mata. Saat tangan terluka, mata menangis, dan saat mata menangis, tanganlah yang bersedia untuk menghapusnya. Dan tali persahabatan yang terjalin akan seperti kedua mata kita. Mereka bergerak berbarengan, berkedip bersamaan, mengeluarkan air mata disaat yang sama, melihat pemandangan apapun dari sudut pandang yang sama, akan tetapi mereka tidak akan pernah bisa 'berkaca' satu sama lain. Namun, mereka akan tetap 'berpegangan' dan berharap persahabatan diantara kita akan seperti kedua pasang mata, dan juga sahabat yang ada untuk kita seperti tangan dan mata.

Rizkaaaaa……, "You will always be a part of my life, Ka. Whether we live near each other or far apart, I am here for you to share everything. No matter what.."

Ukhibbu fillah wa lillah “ Rizka Yulianti Rahayu

.i.k.h.L.a.s. (?)


.



Dialog itu masih sangat jelas berputar di serebri ku…
Ternyata selama ini aku sudah salah interpretasi,…Ternyata sejak itulah aku baru tersadarkan,... Ternyata aku belum benar ‘mengartikan’ IKHLAS itu…
 1tahun yang lalu, waktu itu aku sedang shift malam di Ruang Anak. Di Nurse Station, bersama para perawat dan teman-teman ku lah dialog itu bermula. Saat itu mendadak teman ku minta tolong untuk bertukar jadwal shift dengan ku dengan alasan kepentingan keluarga. Padahal jadwal sudah diatur secara adil oleh Clinical Instructur (CI) kami, dan kalo dipikir-pikir memang akan membuat ku ‘kerepotan’ dan tak imbang dengan perubahan jadwal itu. Tapi menurut ku ini bukan masalah yang berat ah, aku langsung saja bersedia. Lalu tiba-tiba seorang Perawat pria paruh baya yang saat itu bersama kami bertanya pada ku:
“Kenapa kamu mau menolong temen mu? Kan itu jadi gak adil buat kamu, kamu yang jadi rugi kan?”
aku pun tersenyum dan langsung ku jawab “Ya gapapa, kan aku gak punya kepentingan. Kan kalo kita nolong orang, suatu saat pas kita butuh pasti akan ada pertolongan yang datang, dari siapa pun, walaupun bukan dari dianya langsung”.
Beliau pun langsung menyanggah, “berarti kamu mengharap dong?”
Aku coba jawab lagi sebijak mungkin, “Ya gak gitu maksudnya…Aku ikhlas kok. Kan katanya kalo kita ikhlas in shaa Allah pertolongan Allah akan ada dimana-mana, kalopun gak langsung kan juga bisa jadi pahala”
Beliau tersenyum nyinyir, berkata singkat dan tegas, “Itu artinya kamu belum ikhlas!
Aku langsung terdiam. Aku bingung. Selama ini tak ada yang menyanggah ku setiap aku beropini seperti itu. Apa maksudnya men-judge ku seperti itu??
dan Beliau melanjutkan, “Kamu benar, kalo kita ikhlas menolong orang lain, pertolongan Allah akan ada dimanapun dengan cara yang tak pernah kita duga. Tapi kalo kamu masih mengharapkan pertolongan orang, mengharapkan ‘pahala’ atau bahkan ‘surga’, itu bukan ikhlas. Ikhlas itu tak pernah mengharapkan balasan. Ikhlas itu bukan semata-mata untuk mendapatkan pahala. Tapi cobalah ikhlas hanya untuk memperoleh keridhoan Allah saja.” dan Beliau pun tersenyum.

Aku masih terdiam, tertegun tak bisa berucap lagi, dan sontak dada ini terasa sesak bergetar….Astaghfirullahal’adzim…..
Ternyata selama ini aku belum benar-benar bisa menerapkan ilmu ikhlas itu…
Sejak detik itu, dialog ini sering sekali mengganggu pikiran ku. Aku pun coba mencari-cari referensi tentang ilmu ikhlas.
Ternyata sebagian ulama dan ahli ibadah punya keyakinan bahwa jika seseorang beribadah dan mengharap-harap balasan akhirat yang Allah janjikan maka ini akan mencacati keikhlasannya. Walaupun mereka tidak menyatakan batalnya amalan karena maksud semacam ini, namun mereka membenci jika seseorang punya maksud demikian.
Mereka pun mengatakan, Jika aku beribadah pada Allah karena mengharap surga-Nya dan karena takut akan siksa neraka-Nya, maka aku adalah pekerja yang jelek. Tetapi aku hanya ingin beribadah karena cinta dan rindu pada-Nya.” Perkataan ini juga dikemukakan oleh Robi'ah Al 'Adawiyah, Imam Al Ghozali dan Syaikhul Islam Ismail Al Harowi.

Teman, kita boleh saja mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka agar semakin semangat dalam beramal dan beribadah. Tapi sejatinya akan lebih indah jika kita tidak mengharap kecuali ridho ALLAH SWT. Surga dan neraka itu urusan Allah, dan menjadi kekasih Allah itu akan lebih indah & bahagia.
Sulit dan kompleks memang untuk belajar ilmu ikhlas. Ikhlas tak bisa hanya diucap. Belajar ilmu ikhlas memang perlu bertahap. Mungkin kita memang sangat jauh dari tingkatan Wali dalam ikhlas, tapi siapapun harus tetap semangat meraihnya. Aku pun masih dan harus banyak belajar itu!
Terkadang Allah akan membuat kita kehilangan, memberi kita kesulitan-kesulitan untuk menguji keikhlasan kita.
Hmm…ikhlas memang mudah diucap, tapi benar-benar tak mudah, bahkan kita harus mengalami pahit, jatuh-bangun dan beberapa kali menangis untuk merealisasikannya. Tapi kita rela untuk belajar melakukannya, semata-mata Lillahi Ta’ala.

يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
Ya, Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah.

Semoga kita mampu menjalankan ilmu ikhlas itu, selalu dalam ridho Nya dan menjadi kekasih Allah Azza Wa-jalla. Aamiin
 Wallahu a’lam bishowab

# Terimakasih Pak Perawat yg turut menyadarkan & mengajari ilmu ini ^_^