Archive for 2013

Great moment, Valedictorian Speech, I ❤ UNDIP


.




 Sampaikan mimpi mu pada Allah! Itu yang aku percaya, dan itu yang beberapa kali bahkan sering terjadi pada ku…karena aku benar-benar membuktikannya.

delivering Valedictorian Speech
AGUSTUS, begitu banyak cerita terukir disini. Salah satunya satu cerita yang benar-benar tak pernah ku sangka sebelumnya. Siapa yang tak bangga menjadi wakil wisudawan universitas?
Dulu, saat wisuda sarjana ku, masih teringat jelas saat itu aku duduk di barisan terdepan -cumlaude- bersama wisudawan-wisudawan terbaik dari fakultas lain. Aku duduk di no.16 di jajaran cumlaude jurusan ku. Saat itu, itu pun sudah membuat ku sangat bersyukur dengan pencapaian itu. Aku cukup bangga bisa mewujudkan impian Ibu-Paph yang satu itu. Saat itu juga, aku hanya duduk seperti ratusan mahasiswa lainnya mendengarkan perwakilan wisudawan terbaik menyampaikan sambutannya. Tapi ada satu hal yang terbesit kala itu, saat semua orang di Gedung Prof.Soedarto itu sibuk dengan suka cita dan terpana mendengarkan sambutan wisudawan itu, aku mencari kesibukan sendiri…aku sibuk berkomunikasi pada Dia. Ya, Dia adalah ALLAH SWT. Dalam imaji ku, aku sibuk berangan dan bertanya “Allah, apa aku bisa berdiri disana seperti dia?” Itu saja, aku hanya berani berangan dan bertanya, saat itu aku bahkan terlalu pengecut untuk meminta lebih pada Allah.
1 tahun berlalu…selama itu, aku menempuh tour profesi ku untuk kembali ke Gedung itu lagi…
Yeaahh…I’ve done! Dan 30 Agustus 2013 kembali menjadi hari bersejarah bagi ku dan yang lain.
Tapi benar-benar tak ku sangka, ya tak pernah! Hari itu, saat gladi wisuda UNDIP nama ku terpilih menjadi wakil wisudawan terbaik untuk memberikan sambutan saat wisuda nanti. Aku bukan mahasiswa super dengan serentetan prestasi, aku bukan mahasiswa yang study oriented, aku juga bukan mahasiswa yang pandai berorasi atau sering berpidato didepan khalayak. Padahal waktu itu wisuda ku berbarengan dengan para Doktor, Magister, Dokter Spesialis, dan Sarjana lainnya, tapi KENAPA AKU?? Antara senang, bangga, dan super cemas!
Hari itu sudah H-3, dan aku belum siap apa pun… -_-
H-3, disaat teman-teman yang lain sibuk menonton film, jalan-jalan atau hiburan lain, aku justru  sibuk didepan laptop seharian...mencoba mengumpulkan feel dan mood buat merangkai kata untuk sambutan itu, mulai dari buka-buka tiap berita di www.undip.ac.id dan situs UNDIP lainnya, baca-baca sejarah Pangeran Diponegoro, nelaah visi-misi UNDIP sampe nyanyi-nyanyi lagu Hympe Universitas Diponegoro dan Totalitas Perjuangan Mahasiswa biar semangat.
H-2 disaat teman-teman yang lain sibuk menyiapkan pernak-pernik rias wisuda, aku justru sibuk konsul-konsul ke kampus nemuin Dosen-dosen yang super (Pak Agus, Bu Niken, Pak Nur, Mbak Dyah), sibuk cek email nunggu balasan konsul, sibuk revisi, baca, revisi lagi dan baca lagi.
H-1 disaat yang lain pengen cepet-cepet besok, aku justru pengen jam berputar lebih lambat… I have to do exercise!

Dan, 30 Agustus 2013 pukul 07.00 WIB pun tibaaa….Wisuda Universitas Diponegoro ke-131
Sambutan Wakil Wisudawan pada Wisuda UNDIP ke-131
Euforia itu semakin terasa…ritme cardio ku pun rasanya semakin tak karuan…
Siapa yang tak bahagia duduk di bangku khusus terdepan? Siapa tak  bangga berdiri di podium tempat “orang-orang hebat” itu? Siapa yang tak bangga menyampaikan sambutan & ucapan terima kasih mewakili seluruh wisudawan dan didepan ribuan orang? Sekali lagi, itu semua belum pernah terbayangkan…

Pertanyaan “Apakah aku pantas?” masih sering muncul di otak ku, tapi aku belajar banyak hal dalam waktu yang se-singkat itu. Seperti yang Paph ku sampaikan, Yang dihadapi nanti, mereka semua kan juga sama manusia, jadi cukup tenang..santai, gak ada yang susah, PASTI BISA", juga yang Dosen ku (Pak Agus) sampaikan, “Gak perlu jadi Soekarno atau yang lain, tapi JUST BE YOUR SELF. Kamu yang tau kamu seperti apa".
Dan, aku belajar memantaskan diri, bismillah….just be my self   >.<
± 10 menit aku melawan segala kelemahan diri. Dan tak ku sangka, ku pandang semua penjuru, mereka semua tertuju mendengarkan barisan kata ku, aku mulai bersahabat dengan suasana dan keadaan. Riuh tepuk tanggan pun beberapa kali sampai di gendang telinga ku. Yeeaahh….I’ve well done!
Tak ku sangka lagi, aku kembali ke kursi ku dengan riuh ucapan selamat dari teman-teman, bahkan beberapa mengatakan sampai menangis dan terharu karna sebuah paragraph ku tentang terima kasih untuk orang tua, teman-teman menyebut-nyebut beberapa baris kata ku. Saat sambutan Rektor pun, beliau menyebut-nyebut dan mengulang beberapa kata-kata ku. Ucapan selamat pun terus bergaung baik lisan, telepon, sms bahkan di media-media social. Alkhamdulillah…adalah bahagia tiada kira saat bisa melakukan hal bahagia dan membahagiakan orang lain.
Ns. Rizki Cintya Dewi, S.Kep
Tersadar, aku yakin dan percaya bahwa segalanya itu mungkin jika Allah yang berkehendak.
KUN FAYAKUN –Jadilah, maka jadialah ia-

Teman, jadilah hebat di takdir kita masing-masing…
Jangan pernah merasa tak pantas pada suatu hal, karna ALLAH Maha Tau seberapa pantas kamu, dan kamu yang paling tau seberapa sukses kamu bisa melakukan itu.

Saat orang lain disibukkan dengan suka cita, ingatlah ALLAH, sibukkan rasa ‘hanya aku dan Allah’, lalu sampaikan imaji bahkan mimpi mu…dan buktikan moment terbaik itu akan tiba dengan rencana indah Nya… *RCD

Terimakasih ALLAH, atas nikmat Mu yang sempurna, bahkan tanpa ku minta…
Ibu, Ibu, Ibu & Paph, Cemara ku (Mba Ayu, Mas Dody, Icha, Cilla), Dosen-dosen dan teman-teman PSIK UNDIP, keluarga kost 138 atas doa dan semangat yang selalu tercurah…
Almamater UNDIP tercinta,
Ini adalah setitik dedikasi ku, ku persembahkan untuk kalian……

Semoga bisa menjadi berkah dan menginspirasi ^_^

I care


.



“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”
Iya, rasanya ingin saja menuliskannya dan membagi ini untuk kita.
Tentang dunia ku, perjalanan ku, dan tentu passion ku…N U R S I N G
Diantara sekian banyak profesi, ah mungkin naïf memang kalau ku sebut “nursing” itu the real passion. Tentu saja tidak. Ya, awalnya memang tidak. Tapi seperti keajaiban cinta pun, ia bisa saja tumbuh semakin kuat setelah merasakan dan menjalaninya.
Ada di jalan ini pun bukan jawaban dari cita-cita masa kecil ku dulu. Sama sekali bukan. Dulu bahkan tak pernah terlintas dalam pikir ku akan menjadi seorang Perawat. Tapi kalo dibilang salah jurusan? TIDAK. Karna aku yang memilihnya, entah kenapa saat itu tiba-tiba saja Allah berikan rasa ‘cenderung’ ku untuk belajar lebih pada dunia ini. Aku pun mulai mengenal ilmu asing ini, hingga 3 semester perkuliahan aku seperti belajar abstrak! Benar-benar tak paham dengan bidang ini. Sampai akhirnya tibalah waktu untuk praktik klinik di Rumah sakit. Takut benar-benar takut. Aku bahkan ragu pada diri ku sendiri, apa aku bisa melakukannya dengan baik? Bagaimana kalau aku justru melakukan kesalahan dan mencelakakan pasien?
Aku pun terus berdo’a pada Allah, Allah, jika memang sekaranglah waktunya, gerakkan tangan-tangan ini untuk memberi manfaat, tuntunlah lisan ini untuk menjadi penawar, pancarkan wajah ini untuk memberi penyejuk, untuk mereka –PASIEN- “
Luar biasa!!
Saat mengenakan seragam putih-putih itu, aku seakan bukan aku yang biasa.
Seragam itu seakan memberikan kekuatan.
Aku bisa berjalan dengan sigap dan cepat, padahal dulu aku terbiasa jalan pelan dan santai.
Aku bisa bicara dengan lancar & bijak, menenangkan pasien-pasien dengan senyum dan tutur kata ku, padahal dulu aku pribadi yang pemalu dan tak pandai berkespresi.
Aku bisa semalaman  tak tidur, terjaga untuk pasien-pasien, padahal dulu aku pribadi yang mudah lelah.
Aku bisa bersentuhan dan berkutat dengan perawatan jenazah, padahal dulu aku pribadi yang sangaatttt penakut.
Aku bisa membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien yang dari yang terkecil yang dikecoh orang hingga hal besar sekalipun, padahal dulu aku pribadi yang suka jijik dan gak telaten.
 Dan masih banyak lagiiii….
Lalu, kenapa aku mau berubah? Kenapa aku mau melakukannya?
The answer is, because I am a Nurse :) 
 Karna ALLAH telah menggerakkan hati ku untuk menyentuh hati mereka yang membutuhkan (pasien). Tak banyak orang yang digerakkan hatinya untuk ada dalam jalan yang ihsan ini.
Dan aku bersyukur telah ALLAH pilih untuk ada dalam lingkaran ini. Thanks my Almighty Allah…
Aku bersyukur dipertemukan dengan mereka. Aku menemukan ‘energy’ yang luar biasa saat berinteraksi dengan pasien, mendengarkan setiap keluh dan harapannya. Aku tak melakukan banyak hal, hanya menyentuhnya dengan ‘caring’, bertutur kata yang ‘terapeutik’, dan melakukan tugas ku dengan ‘tulus’ yang disertai do’a. Tapi justru begitu banyak yang aku dapatkan, tak jarang aku mendapat bonus do’a-do’a baik dari pasien untuk ku, aku banyak belajar dari mereka tentang mensyukuri nikmat sehat, belajar semangat dalam lemah, belajar ikhtiar dalam kesempitan, belajar berserah pada Yang Maha, dan belajar yakin pada kekuaran do’a.
Oh yaa tentang ‘caring’, dulu aku pernah sangsi dan bertanya-tanya “Apa pentingnya? Emangnya harus gitu ya?”, tapi sejak terjun di lapangan, jawaban itu seolah datang sendiri. Ternyata itu yang dibutuhkan pasien, itu yang menjadi kekuatan profesi kita Perawat untuk touch the heart. Thanks to my beloved lecturers for teaching me about the power of caring.
Beberapa waktu lalu, aku membaca sebuah artikel yang unik tapi dalam maknanya, begini:
Untuk menjadi perawat kau harus;
1.Pintar
Pintar membaca suasana hati orang lain di sekelilingmu, baik itu pasien ataupun rekan kerja.
Pintar membawa diri dalam situasi apapun dan ketika bertemu dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun, entah sedang berseragam atau tidak, dikenali sebagai perawat atau tidak.
Pintar menyembunyikan kesedihan, amarah, sakit kati, kekecewaan.
2. Kaya
Kaya ilmu pengetahuan umum, agar bisa nyambung ketika menghadapi pertanyaan atau keluhan dari pasien.
Kaya kesabaran hati, meski lebih sering dimarahi pasien dan senior, dan sedikit sekali menerima "terima kasih"
Kaya senyuman tulus, tak peduli dibalas dengan senyuman atau mata melotot heran.
Kaya "maaf " meskipun tidak berbuat salah.
Kaya "ketenangan" meskipun pasien mencak-mencak tanpa sebab dan atasan mengancam menyuruh lembur tanpa upah.
3. Rupawan
Rupawan dalam berbahasa dan bertuturkata meski aksen bahasa daerah agak kental dalam setiap artikulasi.

Rupawan dalam berpenampilan namun tetap bersahaja tanpa berusaha lebai, untuk meniru gaya artis.
4. Munafik
Seringkali perawat harus berbohong dan penuh kepura-puraan di depan pasien. Ya, kami berpura-pura bijak dan menguatkan hati pasien, walau saat itu kami sendiri tengah dirundung masalah dan lemah hatinya. Berpura-pura ceria walau sakit ataupun lelah. Demi kebaikan mu, pasien ku :)
5. Cepat
Cepat menanggapi keluhan pasien dan menentukan sesegera mungkin apa yang harus dilakukan.
Cepat membenahi diri dan hati meski baru selesai di"complaint" pasien bahkan rekan kerja.
Cepat beradaptasi dengan perubahan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, meski mungkin merugikan
dirinya.

Ya, kira-kira begitulah teman, jika kau ingin memutuskan masuk dalam lingkaran dunia Perawat.
Ns. Rizki Cintya Dewi, S.Kep
Untuk semua sejawat ku dan mahasiswa-mahasiswi Keperawatan yang tlah Allah gerakkan hatinya dijalan ini, selamat dan berbangga lah! Karna jalan yang kita pilih ini in shaa Allah mulia dan penuh berkah jika menjalaninya dengan baik. Mari berkarya, mari perkuat ilmu kita dan tebarkan kebaikan untuk umat.
Merawat dengan hati, bekerja dengan cinta.
Untuk profesi kita, viva for NURSES!

Dialog dengan Sajadah...


.

Seutas cerita dari kultum di tarawih ke 19 ini…tentang dialog dengan sajadah :)

Oneday…, di 1/3 malam terakhir , seorang hamba terbangun karena haus. Ia pun langsung minum, teguk demi teguk hingga puas. Saat itu jua, terdengar suara rintihan yang lirih. Mencari…dan mencari lah si hamba dari mana arah datangnya suara itu? Setelah minum, si hamba langsung bergegas naik ke atas tempat tidurnya. Hendak memejamkan mata, suara itu terdengar lagi…merasa terganggu, si hamba pun memutuskan untuk mencari sampai ketemu. Terkejutlah ia !! Ternyata suara itu datang dari sudut ruang kecil di selembar sajadah yang terbentang.
Kemudian si hamba langsung bertanya, “kenapa kau menangis di malam begini?”
Sajadah pun merespon, “seperti mu, aku pun butuh air.”
“Apa kau haus seperti ku? Kalau begitu, akan ku ambilkan minum untuk mu, tunggulah dulu.”, lanjut si hamba.
Sajadah langsung menjawab, “Tidak..tiidaakk…aku memang butuh air, tapi bukan itu. Aku rindu tetesan air mata mu di 1/3 malam Nya…

Subhanallah….
Teman, coba ingat lagi….kapan terakhir kali kita menangis pada Nya?
Mengadu, mensyukuri, melantunkan deretan kalimat cinta hingga menguraikan air mata di sujud panjang hanya pada Nya di 1/3 malam terakhir? Bukan kah itu lebih romantis dari apapun? >.<
Saat sujud, kita berada pada kepasrahan yang sebenar-benarnya….lambang penyerahan total diri kita pada Sang Khalik. Dan sajadah, kelak akan menjadi saksi saat kita di hisab...

Seringkali, mudah sekali menangis meratapi kegalauan dan urusan dunia.
Tapi apakah mudah juga menitihkan air mata pada Nya disepenggal waktu?
Astaghfirullah…

Allah…semoga kami bisa selalu istiqomah dijalan Mu.
Jaga semangat kami untuk menghidupkan lentera agama Mu.
Jadikan kami jiwa yang tangguh seperti pemuda Kahfi meski terasing demi Ridlo Illahi
Jadikan kami jiwa yang tegar seperti prajurit Badar meski tertatih memenangkan cahaya Mu.
Dan izinkan kami kembali berkumpul di jannah Mu…dengan kekuasaan Ars-Mu yang Maha Luas.
Aamiin Yaa Robbal’alamin…

Puisi Tausiyah Cinta


.



Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang..
Yang entah siapa dan di mana saat ini..

Untuk mu yang jauh di sana, 

terkadang mata ini iri kepada hati,
karena kau ada di hatiku, namun tidak tampak di mataku..

Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin menunggu mu,

meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan.

Hati ini meyakini bahwa kau ada, meski entah di belahan bumi mana.

Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidup ku dengan mu,

 disini, disisiku…

Maka, saat hatiku telah mengenal fitrah Nya,

aku akan berusaha mencintai mu dengan cara yang dicintai-Nya.

Sekalipun kita belum pernah bertemu,  

mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama,

tersenyum menatap rembulan yang sama.

Disanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu ^_^

@Tausiyahku