When I must make a choice, take a chance & get a change...


.



Note:  
Tulisan ini dibuat tanpa bermaksud menyinggung profesi ataupun institusi apapun, ini subjektif memang, tiap orang punya opini dan passion (lentera jiwa) masing-masing kan…

“Bismillahirrokhmanirrokhim” ku lafadzkan dalam hati saat ku torehkan tandatangan ku diatas kertas bermaterai Rp 6000,- itu. Benar-benar tak mudah untuk sampai pada pilihan ini.
Hitam diatas putih yang tak main-main kan.
Sebuah tanda komitmen untuk sebuah dedikasi yang dipilih.



Aku masih ingat benar barisan kata (pidato) yang ku sampaikan didepan ratusan mahasiswa saat Wisuda Universitas lalu; “Momen wisuda adalah sebuah prosesi yang secara formal mengukuhkan kita menyandang kehormatan sekaligus tanggung jawab. Setelah keluar dari pintu ini, masing-masing dari kita akan mulai merangkai alur cerita baru...”
Dan sekarang..aku pun mulai merangkai alur yang telah lama aku bayangkan dan cita-citakan.
Menuju sebuah fase baru dalam hidup ku.
Di titik inilah ikhtiar benar-benar diuji, pernah gagal, beberapa kali not responding, ada juga yang dilepaskan, bahkan dihadapkan pada beberapa pilihan yang mendesak.

Selasa, 28 Januari 2014.
Saat itu aku sedang ada di Bandung, siang hari tiba-tiba aku mendapat telepon dari institusi pendidikan kalo aku lolos seleksi Tenaga Pengajar/Dosen dan besoknya harus datang untuk take kontrak pukul 08.00 WIB. Selang 2 jam kemudian, aku pun mendapat telepon dari sebuah BUMN kalo aku lolos tes interview users dan besok paginya juga harus mengikuti tes medical check-up (tahap akhir) pukul 07.30 WIB di kota yang berbeda.
Ya Allah..kalut.. D I L E M A T I S
Bisakah aku mengambil keputusan yang tepat secepat itu??
Aku takut salah pilih, takut nantinya akan menyesal. Ragu-ragu itu datangnya dari syaitan kan…
Tiap orang pasti tak mau mengambil keputusan yang salah, tapi buat tau itu benar/salah kan tak bisa diawal. Kita justru akan tau jawabannya mungkin setelah bertahun-tahun...akan menyesal/bersyukur (?).
Sebenarnya sudah lama aku berpikir keras untuk memilih salah satunya, diskusi dengan keluarga & sahabat pun sudah ku coba, berdo’a dan istikharoh pun sudah ku jalankan. Tapi belum juga ku dapatkan jawaban & kemantapan itu.
Dua pilihan yang sama-sama bagus dengan masing-masing pertimbangan;
A. Menjadi Pegawai BUMN di bidang Kesehatan
Kata banyak orang hidup akan lebih ‘terjamin’ dan mapan dengan bekerja di BUMN. Ini dunia baru yang sebenernya aku sendiri belum punya gambaran pasti akan seperti apa, tapi sepertinya akan menjadi dunia baru yang menarik. Hampir setiap minggu selama lebih dari 2 bulan aku melewati Brebes-Semarang untuk proses seleksi dari tes administrasi, tes tulis, tes computer, psikotes & interview, dan tes interview users tentunya banyak perjuangan dan rasa yang hadir dalam proses ini. Tapi jika aku memilih jalan ini, aku pikir ilmu (Keperawatan) ku tak banyak yang dipakai. Selain itu, persyaratan “bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Indonesia” jujur saja cukup memberatkan ku, karna aku masih punya orangtua, dan kewajiban utama ku adalah ‘birrulwalidain yang sebenar-benarnya’, akupun seorang wanita yg sepatutnya paham kodrat karna pada saatnya nanti akan ku baktikan pada imam ku.
B. Menjadi Tenaga Pengajar/Dosen Keperawatan
Sebenernya inti dari passion ku adalah Nursing, apapun itu. Profesi ini telah memberikan ku banyaaakkkk hal, membentuk karakter dan membangun hati ku, jadi sangat sulit untuk jauh bahkan melepaskan dunia ini. Jika aku memilih jalan ini, aku rasa ilmu ku akan lebih bermanfaat dan aku pun bisa mengembangkan diri. Aku juga pernah punya mimpi untuk melanjutkan S2 dengan beasiswa yang ku tuliskan di proposal hidup ku, sepertinya jalan inilah yang sejalan. Selain itu, pertimbangan jarak yang lebih dekat juga menjadi point yang mendukung jalan ‘birrulwalidain’ ku. Walopun tak bisa dipungkiri kalo secara materi mungkin tak begitu banyak, bahkan profesi ini sepertinya akan melelahkan dan penuh pengabdian. Tapi entah kenapa, seberat apapun pekerjaan asal nyaman dan sesuai hati aku yakin akan terasa mudah.
Dan masih ada banyak alasan serta pertimbangan lain yang tak bisa semuanya detail dijelaskan.

Akhirnya, dengan kemantapan hati, dukungan orang tua, keluarga & sahabat ku putuskan memilih jalan menjadi Tenaga Pengajar/Dosen. Bismillah…
Hmm…rupanya beberapa orang justru kaget dan kecewa dengan pilihan ku itu. Tentunya dengan alasan mereka masing-masing, mungkin beberapa dari mereka mengira aku ini naïf, dikasih yang enak pilih yang susah, idealis, sok bijak atau entahlah…aneh memang.
Tapi, ini lah aku. Aku hanya mencoba untuk istiqomah. Aku ingin menjadikannya ibadah dengan cara ku. Aku selalu ingat Ustadz ku yang slalu berpesan "kalo kuliah atau kerja apapun niatkan selalu untuk ibadah, orientasikan lah buat akhirat in shaa Allah dunia juga bakal mengikuti" dan itupun yang aku yakini. Sebenarnya menjadi pegawai BUMN pun pilihan yang bagus dan bergengsi, jujur saja aku pun dengan berat hati melepasnya. Setiap pekerjaan bisa jadi ladang ibadah, tergantung niat dan bagaimana menjalaninya. Tapi sekali lagi ini soal hati, soal passion (lentera jiwa)
Allow your passion to become your purpose,

And it will one day become your profession. -Gabrielle Bernstein-
Tapi aku pun bersyukur, di fase inilah sangat terlihat siapa saja yang benar-benar ‘mengenal’ ku, mereka yang paham dan selalu mendukung bahkan menguatkan ku…
“Aku gag kaget oq kaka,.. Aku InsyAllah kenal kaka tya org yg bner-bner kerja bukan karna materi tpi karna hati,.. idealisme kaka,.. pngen sesuai bidang dan ilmu kaka' harus lebih bermanfaat di bidang yang kaka pilih,.. dan aku setujuh bged,..”
“Ilmu kaka tya terlalu disayangkan kalo berkutat di belakang meja. Aku lebih setuju kaka berbagi ilmu dg adik-adik kita biar profesi kita lebih maju. Dengan keikhlasan,,kepandaian dan dedikasi kaka buat profesi kita !!!”
“Tadi aku sama Dina ngobrol-ngobrol dukung kamu ngajar aja sih Yut. Kamu pinter, eman-eman duduk manis di BUMN. Muga-muga terbaik buat kamu Yut.”
“Subhanallah Ye, tepat sudah dugaan ku. welcome to dunia dosen ye, kamu bakalan seneng bgt ketika kamu bener-bener dibutuhkan sama mahasiswa karena mereka acknowledge kamu bahwa existence kamu bermanfaat buat mereka.”
dan masih ada beberapa pernyataan lainnya yang menguatkan dan semakin meyakinkan ku dengan jalan yang telah ku pilih ini…
Semoga jalan yang telah ku pilih ini baik bagi ku, bagi agama ku, bagi penghidupan ku sekarang, baik akibatnya di masa depan dan penuh berkah kebaikan. 
Dan semoga aku mampu menjadi Pengajar yang 'menyentuh' jiwa generasi bangsa, Aamiin :)
Innallaha ma'ana

Your Reply