
Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?
How should I
show my expression?
Kalimat itu yang sedari dulu
sering berputar di serebri ini
Tentang amanah, tentang ragu dan tentang kepercayaan.
Tentang amanah, tentang ragu dan tentang kepercayaan.
Ketiga hal ini entah
kenapa serasa sulit dipisahkan…
Jika boleh protes, kenapa
sedari dulu seringkali diberikan tugas atau amanah yang justru diluar jangkauan
logika? Kenapa aku/kamu??
Saat amanah sudah ditangan,
gelisah…bingung….dan keraguan pun mulai melanda. Ragu pada kemampuan diri. Ragu
yang menandakan betapa lemah dan rapuhnya kita… Astaghfirullah…
Mampu
kah menjalankan tugas/ujian itu dengan amanah?
Mampu
kah menjaga kepercayaan mereka?
Dan
mampu kah kita yakin pada kemampuan diri ini dengan segala keterbatasanya?
Aku pun belajar bahwa
keraguan itu identik dengan rasa takut. Takut menghadapi konsekuensi dan segala
resiko dari tugas kita. Bayangan-bayangan buruk pun lantas berseliweran. Jikapun
ada suara-suara sumbang yang meragukan kita diluar sana, setidaknya cobalah
yakin pada diri kita dulu…Because we can steer ourself in any direction we choose. You're on
your own. And you know what you know. You are the guy who'll decide where to go.
Dan ingatlah masih ada mereka yang jauh mempercayai kita. Aku pun mulai memaknai betul-betul arti tawakal -Berserah-
Dan ingatlah masih ada mereka yang jauh mempercayai kita. Aku pun mulai memaknai betul-betul arti tawakal -Berserah-
Ya, hanya berserah
pada-Nya semata. Kepasrahan dalam tingkat yang seutuhnya.
Bahwa kita ini makhluk, hamba Nya…maka berprasangka baiklah pada Nya.
Bahwa kita ini makhluk, hamba Nya…maka berprasangka baiklah pada Nya.
Sekali, dan berkali-kali
lagi aku percaya bahwa tak ada yang kebetulan!
Jika logika sudah tak mampu
di ajak berdiskusi,
maka cobalah berdialog dengan
hati,
dan seringkan lah
bercengkerama dengan Dia dalam sujud panjang do’a.
Ya, semua pastilah sudah
Allah rancang dalam desain takdir indah Nya.
Semua yang awalnya terasa
berat, nyatanya terasa mengalir ringan begitu dijalani…nyatanya pada akhirnya
pun kita mampu. Karna Dia yang membolak-balikan hati siapa pun, karna Dia yang
menggerakkan tangan-tangan kita untuk mampu menopang segalanya dan karna Dia lah
pula yang ‘kan menentukan jadi seperti apa nanti…
Mungkin ini yang namanya “memantaskan diri” yang sebenarnya….
merasa pantas/percaya
seutuhnya pada diri, lalu memantaskan menjadi yang terbaik dengan cara kita…maka
“Man jadda wa jadda!”
Kerjakan bagian kita, dan selebihnya biarlah Allah bekerja dengan cara Nya ^_^
Kerjakan bagian kita, dan selebihnya biarlah Allah bekerja dengan cara Nya ^_^